DALYANA'S BLOG
My Life My Imagination My Opinion

Jumat, 12 November 2010

PRINSIP - PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (POD)

  • Partisipatif
Berpartisipasi secara aktif dalam belajar, bukan pasif.
● Dialami
Pembelajaran yang paling efektif adalah melalui berbagi pengalaman; pembelajar
saling belajar dari satu sama lain, dan seringkali pelatihpun belajar dari pembelajar.
● Reflektif
Pembelajaran yang maksimal dari pengalaman tertentu terjadi ketika seseorang
menyediakan waktu untuk melakukan refleksi, menarik kesimpulan, dan membentuk
prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam pengalaman-pengalaman serupa di masa
mendatang.
● Memenuhi kebutuhan langsung
Motivasi untuk belajar paling tinggi jika memenuhi kebutuhan langsung si pembelajar.
● Untuk diri sendiri
Orang dewasa bisa ikut bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri karena
mengenal kebutuhannya sendiri.
● Menghargai mereka yang belajar
Saling menghargai dan percaya antara pelatih dan pembelajar akan mendukung
proses pembelajaran.
● Memberikan umpan balik
Pembelajaran yang efektif membutuhkan umpan balik yang sifatnya memperbaiki
sambil mendukung.
● Menciptakan suasana aman
Seorang yang bahagia dan tenang akan lebih mudah belajar daripada orang yang
takut, malu, gelisah, atau marah.
● Terjadi dalam lingkungan yang nyaman
Orang yang kelaparan, lelah, dingin, sakit atau secara fisik tidak nyaman tidak bisa
efektif belajar secara maximal


PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

January 9, 2009
Oleh: Ardiani Mustikasari
Proses belajar bagi anak-anak dan orang dewasa tidak sama. Belajar bagi anak-anak bersifat untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sedangkan bagi orang dewasa lebih menekankan untuk apa ia belajar.
Konsep diri pada seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Ketika ia beranjak menuju dewasa, ketergantungan kepada orang lain mulai berkurang dan ia merasa dapat mengambil keputusan sendiri. Selanjutnya sebagai orang dewasa, ia memandang dirinya sudah mampu sepenuhnya mengatur diri sendiri.
Dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), ia menghendaki kemandirian dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya ia diberi ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar yang memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan proses belajar dengan penuh penghargaan pula. Ia akan melakukan proses belajar dengan pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan orang dewasa mempunyai kemauan sendiri untuk belajar. Oleh sebab itu perlu diketahui cara-cara yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi borang dewasa dalam belajar dapat bersifat psikis dan fisik.
Faktor Psikis
1. Harapan masa depan
Harapan masa depan peserta paket dapat mempengaruhi semangat belajar. Adanya keterkaitan dengan pengembangan kariernya di masa depan akan memacu semangat belajar peserta paket.
2. Latar belakang sosial
Lingkungan sosial yang merupakan masyarakat belajar dapat mempengaruhi peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai peluang berharga untuk menambah kepercayaan dirinya di lingkungan sosialnya.
3. Keluarga
Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor yang cukup dominan.
Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh syukur akan berpengaruh positif terhadap dirinya, begitupun sebaliknya.
Keluarga dengan banyak anak dan yang sedikit anak akan menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut juga mempengaruhi sikap belajar.
4. Daya ingat
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan penurunan daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding anak-anak.
Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa dalam belajar bahwa anak belajar ibarat mengukir di atas batu. Artinya anak-anak lebih lama untuk memahami sesuatu tetapi kalau sudah paham terus diingatnya dan sulit untuk dilupakan.
Sedangkan pada orang dewasa, ia mudah memahami sesuatu tetapi belum beberapa lama sudah terlupakan. Ibarat mengukir di atas air, oleh karena itu dalam proses belajar orang dewasa catatan dan resume atau rangkuman materi pelajaran sangatlah membantu peserta.
Faktor Fisik
Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik terutama penglihatan, pendengaran, artikulasi, dan penyakit.
1. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40 – 60 tahun), ketajaman penglihatan berkurang oleh karena itu pengelompokan peserta jangan terlalu banyak. Usahan setiap kelompok antara 15 – 25 orang, sehingga dimungkinkan penataan tempat duduk lebih dekat dengan sumber belajar. Media pembelajaran seperti OHP, Flipchart, dan lain-lain agar dibuat sedikmikian rupa sehingga peserta dapat melihat dengan jelas.
2. Faktor Pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga menurun. Dalam hal ini perlu pengaturan secara baik dari fasilitator maupun media yang digunakan seperti radio, kaset, dan lain-lain harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar dengan jelas.
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam rongga mulut. Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna pada masa remaja. Apalagi yang mendapat gangguan syaraf akibat stroke, bibir menurun, dan pipi cekung serta tidak jarang secara reflek bergetar, dan lain-lain. Kondisi seperti ini mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan yang tidak tepat mempengaruhi makna bahasa. Hal tersebut perlu disadarin oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang disebabkan fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya penyakit yang mengiringi usia itu adalah gula darah, kolesterol, tekanan darah yang meninggi atau menurun, dan lain-lain. Gangguan penyakit ini mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu diperhatikan:
Agenda pelajaran perlu dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar hingga larut malam
Latihan fisik yang berlebihan
Pengaturan menu makanan yang cocok.
Oleh kaena itu untuk memperlancar proses pembelajaran orang dewasa perlu memperhatikan beberapa prinsip
A. Nilai dan Norma
Perbedaan orang dewasa dengan anak-anak dalam pemahaman atas nilai dan norma adalah pada orang dewasa terletak pada dirinya sendiri, sedangkan pada anak-anak terletak pada pendidik. Orang dewasa dalam memahami suatu informasi tidak serta merta diterima atau ditelan bulat-bulat tetapi selalu dibandingkan dengan nilai dan norma yang sudah melekat dalam dirinya yang terbentuk selama pengelamannya. Orang dewasa tidak akan mudah terbujuk dan lalu setuju terhadap informasi yang diterima, apalagi yang ia ragukan kebenaran dan kurang sejalan dengan nilai dan norma yang diyakininya. Sedangkan nilai dan norma pada diri anak masih dalam proses “pembentukan”. Oleh karena itu mereka memerlukan contoh dan teladan yang baik dari pendidik.
Implikasi dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah lebih mengutamakan pendekatan pembelajaran “terpusat pada peserta didik”. Pada hakekatnya pendekatan pembelajaran ini, peserta diberi kesempatan mengambil tanggung jawab yang luas untuk mengambil keputusan sendiri dalam belajar.
B. Belajar Menemukan
Orang dewasa belajar dengan cara menemukan yaitu informasi yang diterima menjadi sikap hidupnya setelah ia menganalisis, mensintesis, merefleksi dan merenungkan. Apabila informasi itu ternyata benar menurut dirinya maka ia mengambil keputusan dalam dirinya berupa setuju - tidak setuju, suka – tidak suka, boleh – tidak boleh, maupun baik atau buruk.
Anak-anak belajar dengan cara mengumpulkan informasi. Anak-anak tidak memproses informasi lebih lanjut seperti cara orang dewasa tersebut.
C. Perhatian dan Motivasi
Proses belajar tidak akan terjadi tanpa perhatian dari peserta. Perhatian dapat dibangkitkan dengan penggunaan media dan metode pembelajaran yang bervariasi. Hal tersebut memunculkan motivasi pada diri peserta.
Motivasi sangat berperan dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah kondisi dalam diri individu yang mendorong seseorang berbuat (belajar). Motivasi berkaitan dengan minat. Orang yang memiliki minat terhadap sesuatu akan tumbuh motivasi untuk mempelajari seseuatu itu. Motivasi dapat bersifat internal yaitu datang dari diri sendiri dan bersifat eksternal yaitu motivasi tumbuh karena pengaruh dari luar.
D. Keaktifan
Secara psikologis setiap manusia mempunyai dorongan untuk berbuat sesuai inspirasinya. Belajar tidak dapat dipaksaan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi bila orang mengalaminya sendiri. Belajar menyangkut apa yang harus dikerjakannya untuk dirinya sendiri, inisiatif belajar harus datang dari dalam diri peserta.
Orang dewasa belajar tidak hanya menerima, menyimpan informasi tetapi juga mentransformasikannya. Orang belajar memiliki sifat aktif, konstruksif dan mampu merencanakan sesuatu. Peserta diklat mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar peserta mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisi, menafsirkan, menarik kesimpulan, mengadopsi, dan mengambil keputusan.
Prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang selalu aktif untuk ingin tahu. Keaktifan terlihat baik berupa kegiatan fisik seperti membaca, menulis, mendengar, berlatih, dan lain-lain, maupun kegiatan psikis seperti menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah, membandingkan suatu konsep, menganalisis, mensisntesis, menilai, merefleksi, merasakan, dan lain-lain. Belajar harus dilakukan secara aktif baik individu maupun kelompok.
D. Keterlibatan Langsung
Belajar paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Belajar dengan prinsip ini, peserta tidak sekedar mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Orang belajar naik sepeda yang paling baik langsung diberi sepedanya untuk dapat dinaiki. Belajar bersepeda tidak dapat melelui modul dan diceramahi. John deway mengungkapkan Learning by doing. Belajar harus dilakukan dan dialami secara langsung.
E. Pengulangan
Prinsip belajar yang tidak kalah penting adalah mengulang-ulang. Mengulang-ulang suatu materi pelajaran merupakan latihan untuk mengembangkan daya-daya dalam diri individu. Daya-daya itu ialah inteligensi, mengamati, menanggapi, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir, dan lain-lain. Ibarat mengasah pedang yang terus menerus menjadi tajam. Air yang beratus tahun menetes pada batu, batu itupun akan berlubang. Orang hafal do’a, lagu bahkan sebuah kitab suci adalah hasil mengulang dan mengulang.
Teori psikologi asosiasi yang dipelopori “Thorndike” yang mengatakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon yang benar. Namun demikian tidak semua bentuk belajar dapat dilakukan dengan pengulangan.
G. Tantangan
Dalam situasi belajar orang akan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut selalu ada hambatan yang dapat diatasi dengan mempelajari bahan ajar. Apabila tujuan sudah tercapai maka akan menetapkan tujuan baru, demikian terus menerus sehingga terjadi belajar yang terus menerus. Untuk itu agar dapat memberi tantangan yang lebih besar kepada peserta didik perlu penggunaan metode eksperimen, inkuiri, dan lain-lain.
H. Balikan dan Penguatan
Peserta akan belajar lebih serius manakala mengetahui hasil belajarnya memuaskan. Hal tersebut akan menjadi penguatan untuk belajar lebih serius lagi. Penguatan belajar yang disebabkan hasil yang memuaskan disebut penguatan positif.
Selain itu penguatan belajar dapat disebabkan oleh rasa cemas karena hasil belajar yang jelek. Misalnya dapat nilai terendah. Penguatan ini disebut penguatan negatif. Baik penguatan positif maupun penguatan negatif akan mendorong peserta untuk belajar.
I. Perbedaan Individual
Setiap peserta diklat memiliki karakteristik mental yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini menyebabkan setiap peserta diklat memiliki variasi kecepatan belajar yang tidak sama. Kesadaran akan hal tersebut akan mendorong peserta untuk menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, 1999, Jakarta: Rineka cipta.
Lunandi, A. G., Pendidikan Orang Dewasa, 1993, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugema, B. Dan Setyabudi H., Psikologi Belajar Orang Dewasa, 2002, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI.

Minggu, 07 November 2010

Informasi Tentang Rahasia Tiga Posisi Hubungan Sex Terbaik Terungkap

Sejak dari jaman kuno telah dikenal tentang titik rangsangan kaum wanita, bukan hanya terbatas pada clitoris, G-spot dan T-Zone saja. Semua yang berhubungan dengan hukum dan pengetahuan dari panduan berhubungan seksual dari jaman hedonis telah diungkapkan dengan gamblang, seperti yang ditulis dalam kitab India dan Cina.
Sebenarnya dalam kitab panduan hubungan seksual di awal jaman, seperti Tantra misalnya, telah memberikan petunjuk secara detail tentang bagaimana melakukan hubungan seksual.
Posisi bercinta menentukan kepuasan dalam kenikmatan hubungan intim bersama pasangan.
Pada intinya ada tiga posisi seksual terbaik di dunia ini berdassarkan pengalaman khusus umat manusia, yaitu posisi kepiting, posisi Dok-al-Arz (dari bahasa Arab), dan posisi kuda (modifikasi dari posisi missionary)
1. Posisi Kepiting. Posisi ini sama sekali bukan doggy style. Caranya adalah pria dan wanita dalam posisi berbaring saling berhadapan. Pihak pria melakukan penetrasi diantara kaki pihak wanita, sedangkan salah satu kaki wanita melintang melewati salah satu paha pihak pria. Posisi ini memungkinkan pria untuk melakukan penetrasi mendalam dan memberikan rangsangan lebih pada klitoris wanita.
2. Gaya Dok-al-Arz. Ini merupakan posisi yang paling terkenal di Arab (dari awal 1400-an) yang dituangkan dalam buku Kebun Wewangian Perfume Garden yang ditulis Muhammad ibn Muhammad al-Nafzaw. Gaya ini direkomendasikan bagi pihak pria yang mengharapkan pihak wanita terus bermain cinta dengan semangat. Cara ini cukup mudah, pria duduk di tepi tempat tidur, dengan kaki berpijak pada lantai sedangkan pihak wanita berdiri dihadapannya sambil terus memberikan ciuman. Pihak wanita yang melakukan penetrasi sambil terus memberikan mencium sambil melingkarkan kaki di pinggang pria. Dalam posisi ini wanita yang memegang kontrol. Kehebatan dari gaya ini adalah adanya stimulasi pada klitros, G-spot, dan T-zone yang berada di balik dubur.
3. Gaya Kuda. Gaya ini merupakan favorit dari gaya seks Tao. Kehebatan gaya ini adalah memberikan ereksi maksimum pada pihak pria, dan pihak wanita mendapat penetrasi yang mendalam serta stimulasi G-spot, demikian juga dengan T-zone. Caranya pihak wanita berbaring di tempat tidur yang tinggi atau meja, sedangkan pihak pria dalam posisi berdiri. Wanita dalam posisi mengangkang serta mengangkat lutut hingga ke dada, sementara pria melakukan penetrasi. Selanjutnya anda dan pasangan yang lebih tahu.
Gaya bercinta dari jaman ke jaman sebenarnya sangat banyak pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Tapi dalam sepanjang sejarah tiga posisi tersebut yang dianggap paling baik.
Bagaimana dengan anda dan pasangan ?
Selamat mencoba !

Wanita dan Rahasia Keinginan Sex nya


UMUMNYA kaum pria kurang mengerti apa yang diinginkan wanita saat berhubungan intim. Mereka sibuk dengan tanggung jawabnya untuk membuat pasangannya sampai ke puncak kenikmatan. Sementara wanita justru mengharapkan hal lain dan mereka agak malu mengatakannya.

Menurut androlog dari RSUP Fatmawati dr Nugroho Setiawan MS SpAnd, kunci sukses sebuah hubungan intim tak lain adalah komunikasi terbuka.

"Jadi cobalah untuk berkomunikasi dengan pasangan Anda, mana yang Anda berdua sukai dan mana yang tidak disukai. Dan bicarakan dengan terbuka mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dengan sebuah variasi," kata Nugroho saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Rabu (5/3/2008).

Menurutnya, terkadang wanita agak kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya. Salah satu contoh seperti dalam mengatur posisi berhubungan intim. Mereka berpikir bahwa saat pria melakukan penetrasi, maka ia akan berteriak karena telah mencapai orgasme dan akhirnya mereka menahan posisi itu lebih lama lagi.

Sebenarnya tidak demikian, sambungnya, berapa kali pun pria melakukan gerakan penetrasi, tak ada yang akan terjadi kecuali bila klitoris pasangannya ikut dimainkan. Dari segi fisik, rangsangan klitoris tidak mungkin bisa dilakukan bila posisi si pria ada di atas. Gerakan penetrasi hanya membuat pria mengalami orgasme, tapi tidak pasangannya. Karena umumnya wanita membutuhkan perhatian pada bagian ini.

"Orgasme yang merupakan puncak kenikmatan dari sensasi seksual sebenarnya tidak harus melulu diawali dengan kegiatan penetrasi. Namun dapat diawali dengan beberapa tindakan mulai dari masturbasi, oral seks dan kegiatan yang menimbulkan sensasi seks menyenangkan lainnya," terang konsultan rubrik seksual di kanal lifestyle okezone.com itu.

Menurutnya, kebanyakan wanita tidak mengetahui letak G-spot itu sebenarnya, maka pada saat yang sama, mintalah pasangan Anda untuk menjelajahi bagian bawah Anda dan mintalah ia untuk mencari G-spot Anda. Rasakan setiap gerakannya dan berilah instruksi jika memang perlu.

"Alat kelamin pria dan wanita itu berbeda, masing-masing letak G-spotnya pun berbeda. Ketika wanita menggerakan tubuhnya sehingga mendekati titik rangsang pada pria, kalau memang sama-sama menginginkannya pasti akan tercapai apa yang disebut dengan orgasme," ungkap pria ramah ini.

Berbeda halnya ketika berbicara mengenai masalah seks oral, sambungnya, ada juga beberapa wanita yang merasa bahwa seks oral menakutkan dan membuatnya tertekan. Nah, pada saat seks oral menjadi pilihan Anda berdua, Anda harus tahu bahwa apa yang dilakukan pasangan Anda terhadap kelamin Anda. Biarkan pasangan Anda melakukan apa saja yang ingin dilakukannya untuk mencapai puncaknya.

"Prinsip dari hubungan yang harmonis ialah masing-masing pasangan memiliki pengetahuan seksual yang baik sehingga ketika melakukan hubungan seksual dan variasinya akan menikmatinya dan menggapai kepuasan tiada tara," pungkas Nugroho seraya mengingatkan untuk segera menyelesaikan masalah gangguan seksual bagi Anda yang mengalaminya.