DALYANA'S BLOG
My Life My Imagination My Opinion

Kamis, 30 September 2010

SEJARAH PERJALANAN KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA


  • Pengertian Kurikulum
  • Perkataan kurikulum berasal dari perkataan Latin yang merujuk kepada ‘laluan dalam sesuatu pertandingan. Berdasarkan kepada konsep tersebut, perkataan kurikulum adalah berkait rapat dengan perkataaan ‘laluan atau laluan-laluan’. Sehingga awal abad ke - 20, kurikulum merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang yaitu ‘apa itu persekolahan’.
  • John Dewey (1902: 5) dalam bukunya ‘The Child and The Curriculum’ merujuk istilah kurikulum sebagai “pengajian di sekolah dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini”. Pembentukan kurikulum menekankan kepentingan dan keperluan masyarakat. Beliau selanjutnya menguraikan konsep ini dalam bukunya ‘Democracy and Education’ (1916: 125). Dewey menyatakan bahawa skema kurikulum harus mengambil kira penyesuaian pembelajaran dengan keperluan sebuah komuniti, ia harus membuat pilihan dengan niat meningkatkan kehidupan yang dilalui supaya masa depan akan menjadi lebih baik dari masa lampau. Di sini, elemen rekonstruksionism social dapat dikesan dengan melihat kea rah mana keperluan masyarakat diletakkan sebagai objektif utama, tanpa menafikan kepentingan individu.
  • Sedangkan pengertian kurikulum yang lain sebagai berikut:
  • Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
  • Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan).
  • Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).
  • Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
  • Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
  • Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, materi pelajaran, rencana pengajaran, pengalaman belajar, cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar demi mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 
  • Landasan Penyusunan Kurikulum
Penyusunan kurikulum memerlukan landasan agar memiliki pijakan yang kuat. Beberapa landasan yang diperlukan (Kwartolo, 2002: 75-77), yaitu:
  • Landasan filsafat
Kurikulum di dalamnya terkandung beberapa pertanyaan mendasar seperti: a).Apakah hakikat siswa?; b). Apakah yang seharusnya dilakukan siswa?; c).Apakah yang harus dilakukan guru?; d). Apa yang harus menjadi isi kurikulum?. Jawaban dari keempat pertanyaan itu akan bermanfaat untuk menentukan ke arah mana siswa-siswa akan dibawa. Memberi gambaran tentang hasil yang harus dicapai siswa, menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan itu, memberi kesatuan yang bulat kepada usaha pendidikan, memungkinkan pendidik menilai usahanya sejauh mana tujuan tercapai, dan memberi motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
  • Landasan sosiologis
Landasan ini ingin mentautkan antara kurikulum dan keberadaan masyarakat dengan penekanan utama pada kemampuan fungsi kurikulum dalam ikut membantu pemecahan aneka masalah yang dihadapi masyarakat, seperti masalah kesehatan, pelestarian dan penggalian sumber daya alam, teknologi, kesempatan kerja. Dengan demikian kurikulum harus ada relevansinya dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat menentukan bentuk pendidikan yang akan dilaksanakan, sebaliknya sistem pendididikan atau jenis kurikulum dapat memecahkan problema kemasyarakatan.
  • Landasan psikologis
Psikologi merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan pengertian, peramalan (predicting) dan pengendalian tingkah laku, perasaan, dan pikiran dari orang-orang. Salah satu cabang psikologi yang berhubungan dengan problema pendidikan atau persekolahan adalah psikologi pendidikan. llmu ini mempelajari bagaimana siswa belajar dan cara yang terbaik untuk mengajar. Jadi psikologi pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi terhadap problema proses pemelajaran.
Pijakan psikologi tersebut membawa kita mengenal berbagai macam teori belajar, kurikulum yang harus berpusat pada siswa, ada kesinambungan antara topik pertama dengan topik berikutnya, urutan penyusunan dari yang sederhana ke hal yang kompleks, belajar sambil berbuat (learning by doing), dan lain-lain. Dalam pelaksanaan di lapangan harus juga dilakukan pemantauan, pengkajian agar kurikulum yang sudah diberlakukan semakin sempuma agar sesuai dengan perubahan keadaan, dinamika masyarakat, bangsa/negara dan tuntutan yang ada. Dalam perspektif dikenal dengan istilah pengembangan kurikulum.
  •  Prinsip - Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan bersandar pada prinsip- prinsip seperti berikut:
  • Ada keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
  • Memungkinkan memperoleh kesempatan yang sama, dengan maksud ada jaminan keberpihakan kepada peserta didik yang kurang beruntung dari segi ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul.
  • Memperkuat identitas Nasional dengan tujuan untuk mempertahankan kelanjutan tradisi budaya yang bermanfaat dan mengembangkan kesadaran, semangat, dan kesatuan.
  • Mengikuti perkembangan pengetahuan dengan fokus dapat mendorong subyek didik meningkatkan kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir dan belajar dalam mengakses, memilih, menilai pengetahuan, dan mengatasi situasi yang membingungkan dan penuh ketidakpastian.
  • Mampu menyongsong tantangan teknologi informasi dan teknologi
  • yang berpotensi memudahkan belajar elektronik atau belajar dengan kabel on-line yang mempermudah akses ke dalam informasi .dan ilmu pengetahuan baru yang tidak tertulis dalam kurikulum.
  • Mengembangkan keterampilan hidup agar peserta didik mampu menghadapi tantangan hidup yang terjadi di masyarakatnya. Beberapa aspek utama keterampilan hidup antara lain kerumahtanggaan, pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi, dan kemampuan vokasional.
  • Pengintegrasian unsur-unsur penting ke dalam kurikuler dalam anti kurikulum perlu memuat dan mengintegrasikan pengetahuan dan sikap, hak-hak asasi, pariwisata, lingkungan hidup, home economics, perdamaian, demokrasi, dan sebagainya.
  • Menyediakan pendidikan alternatif, prinsip ini menekankan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi secara formal di sekolah namun berlangsung di mana-mana.
  • Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan yang bertumpu pada usaha memandirikan belajar, berkolaborasi, mengadakan pengamatan. Dalam hal ini peran utama pengajar sebagai fasilitator belajar.
  • Pendidikan multikultur dan multibahasa melalui implementasi metodik yang produktif dan kontekstual untuk mengakomodasikan sifat dan sikap masyarakat pluralistik dalam kerangka pembentukan jati diri bangsa.
  • Penilaian berkelanjutan dan komprehensif.
  • Pendidikan sepanjang hayat (life long education) dengan penekanan pada penyediaan kompetensi dan materi yang berguna bukan untuk kepentingan masa sekarang, tetapi juga untuk masa mendatang.
  • Perjalanan Kurikulum Pendidikan Nasional
  • Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
1) Rencana pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
b) Garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. yang diutamakan :
pendidikan watak
a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari
c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2) Rencana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :
a) Daya cipta
b) Rasa
c) Karsa
d) Karya
e) Moral
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
a) Moral
b) Kecerdasan
c) Emosional/artistik
d) Keprigelan (keterampilan)
e) Jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3) Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
4) Kurikulum 1975
a) Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1975
Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975, Menteri Pendidikan Republik Indonesia pada waktu itu Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah. Penjelasan tersebut sebagai berikut :
(1) Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah :
(a) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
(b) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.
(c) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
(d) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
(e) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau system yang kini sedang berlaku.
(2) Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
b) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut :
(1) Berorientasi pada tujuan.
(2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
(3) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
(4) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
(5) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
c) Komponen Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
(1) Tujuan institusional baik SMP maupun SMA
Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya
(2) Struktur program Kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.
(3) Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu :
(a) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
(b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
(c) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
(d) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
(4) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI ini berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan system instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam system pengajaran di Indonesia.
(5) Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
(6) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu mereka mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya.
(7) Supervisi dan Administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.
5) Kurikulum 1984
a) Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut.
(1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
(2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
(3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
(4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
(5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
(6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
b) Pokok Kurikulum 1984
(1) Ciri-ciri Kurikulum 1984
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
(b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
(c) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
(d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
(e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
(f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
(2) Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut :
(a) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti
Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
(b) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
(c) Perubahan program jurusan
Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B
Program A terdiri dari :
i. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
ii. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
iii. A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
iv. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.
(d) Pentahapan waktu pelaksanaan
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.
6) Kurikulum 1994
a) Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 adalah sebagai berikut :
(1) Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
(2) Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
(3) Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
b) Pokok Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut.
(1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
(2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
(3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
(4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
(5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
(6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
(7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut.
(1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran
(2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu
(1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
(2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
(3) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
(4) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
(5) Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.
7) Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004
Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket kompetensi.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55). Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai berikut.
(1) Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
(2) Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
(3) Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.
(4) Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
(Puskur, 2002:56).
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
1) pemilihan kompetensi yang sesuai.
2) spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.
3) pengembangan sistem pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
(Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)
Mulyasa (2004:40-41) mengemukakan tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi, yaitu :
1) Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing, serta tidak tergantung kepada orang lain.
2) Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan system pembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik.
3) Pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall (1986) sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2004 : 41) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup.
Menurut Wardhani (2004: 2) kerangka dasar KBK memuat tentang :
1) Kompetensi: Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
2) Standar Kompetensi: Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar kompetensi merupakan hasil jabaran dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Penjabaran standar kompetensi terdiri atas: standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran per kelas.
3) Penilaian pada kurikulum 2004: Penilaian berbasis kelas yaitu dilakukan oleh guru, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, sebagai bahan untuk memperbaiki mutu hasil belajar, berorientasi pada kompetensi, menggunakan acuan patokan/kriteria dan ketuntasan belajar (individu peserta didik), dilakukan dengan berbagai cara.
4) Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2004: Kegiatan pernbelajaran berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat.
5) Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah: Mengacu pada visi dan misi sekolah, sekolah mengembangkan perangkat kurikulum (silabus, program penilaian, dan rencana , pembelajaran), pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar, pemantauan dan penilaian untuk meningkatkan efisiensi, kinerja dan kualitas pelayanan terhadap peserta didik, berkolaborasi secara horisontal (dengan sekolah lain, komite sekolah, organisasi profesi) dan vertikal (dewan pendidikan dan dinas pendidikan).
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam suatu mata pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa. Mari kita lihat contohnya dalam mata pelajaran matematika, Kompetensi dasar matematika merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran matematika. (Puskur, 2002b). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika merupakan gambaran kompetensi yang seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan siswa sebagai hasil pembelajaran mata pelajaran matematika. Kompetensi dasar tersebut dirumuskan untuk mencapai keterampilan (kecakapan) matematika yang mencakup kemampuan penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika.
Struktur kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”. Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Indikator bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang sempit, yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas pembelajaran siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru melakukan penilaian. Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas lainnya.
8)Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .
Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut :
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah :
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Mulyasa (2006: 22-23)
Mulyasa (2006: 23) mengemukakan bahwa KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut :
a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.
b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan.
c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.
d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.
f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.
g) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.
KTSP dikembangkan dengan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut :
a) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
c) Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
d) Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
e) Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 dan 23 tahun 2006.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut :
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik.
b) Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
d) Relevan dengan kebutuhan.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
g) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.
Menurut Mulyasa (2006: 153-167), terdapat tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP di sekolah. Strategi-strategi tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Sosialisasi KTSP di sekolah
Sosialisasi KTSP terhadap seluruh warga sekolah bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik dapat meningkatkan pengenalan dan pemahaman warga sekolah terhadap visi dan misi sekolah, serta KTSP yang akan dikembangkan. Hal ini bertujuan agar KTSP dapat dilaksanakan secara optimal serta warga sekolah, masyarakat, dan orang tua merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan KTSP.
b) Menciptakan suasana yang kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman, tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, serta adanya kegiatan-kegiatan yang terpusat pada diri peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah, dan semangat belajar.
Iklim belajar yang kondusif antara lain dapat dikembangkan dengan pelayanan dan kegiatan sebagai berikut :
(1) Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
(2) Memberikan pembelajaran remidial bagi peserta didik yang kurang berprestasi.
(3) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, dan nyaman. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik.
(4) Menciptakan kerja sama saling menghargai baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru.
(5) Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran
(6) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dengan guru sehingga guru dapat lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.
(7) Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri.
Dapat dilihat bahwa hal-hal yang dapat dilakukan dalam perwujudan iklim yang kondusif hampir seluruhnya terjadi di lingkungan kelas sehingga komponen yang paling berperan dalam hal ini adalah guru. Dengan demikian dibutuhkan kesiapan yang matang dari guru dalam pelaksanaan KTSP.
c) Menyiapkan sumber belajar
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang profesional. Kreatifitas guru dan peserta didik perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Kewajiban yang harus melekat pada diri setiap guru adalah untuk berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif, dan berinovatif.
d) Membina disiplin
Dalam pengembangan KTSP, guru harus mampu membina kedisiplinan peserta didik, terutama disiplin diri (self- discipline). Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan disiplin di sekolah menurut Mulyasa (2006 : 159-160) antara lain :
(1) Konsep diri. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
(2) Guru harus memiliki ketrampilan berkomunikasi secara efektif agar dapat mendorong kepatuhan peserta didik.
(3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami. Guru disarankan menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik mengatasi perilakunya serta guru dapat memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
(4) Klarifikasi nilai. Ini dilakukan untuk membantu siswa mengetahui tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
(5) Analisis transaksional. Dalam hal ini guru disarankan belajar sebagai orang dewasa, terutama dalam menghadapi siswa yang bermasalah.
e) Mengembangkan kemandirian kepala sekolah
Kemandirian dan profesionalisme kepala sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan KTSP di sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan KTSP diperlukan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kemandirian kepala sekolah terutama diperlukan dalam memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan KTSP, pengembangan silabus, pembelajaran, sarana dan sumber belajar, pelayanan peserta didik, dan penciptaan iklim sekolah.
f) Membangun karakter guru
Guru merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses dan hasil belajar. Pengembangan KTSP menuntut aktifitas dan kreatifitas guru dalam membentuk kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik. Dengan demikian, perlu dibangun karakter guru, agar mereka mempu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi peserta didik. Dalam hal ini tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi melainkan juga sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik.
g) Memberdayakan staf
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam pemberdayaan staf. Adapun fungsi manajemen staf yang harus dilakukan kepala sekolah adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi staf guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
a) Penyusunan KTSP
Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut :
(1) Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan, dan program-program yang ada di sekolah.
(2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya.
(3) Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Mulyasa (2006 : 172-173)
Selanjutnya dilakukan School review dan Benchmarking. School review adalah suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah agar dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas lembaga, serta mutu lulusan. Sedangkan Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut :
(1) Visi dan misi satuan pendidikan
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.
(2) Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
(3) Kalender pendidikan
Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.
(4) Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP terdiri atas :
a) Mata pelajaran
b) Muatan lokal
c) Kegiatan pengembangan diri
d) Pengaturan beban belajar
e) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
f) Pendidikan kecakapan hidup
g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
(5) Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
(6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
b) Penyusunan Silabus Berbasis KTSP
Menurut Mulyasa ( 2006 : 190), ” Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan”.
Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU terbitan Depdiknas (2002 :17-18) silabus merupakan produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa silabus merupakan pengembangan dari kurikulum yang berupa rencana pembelajaran suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan masing-masing satuan pendidikan.
Pengembangan silabus berbasis KTSP sepenuhnya diserahkan kepada guru, sehingga akan berbeda antara guru satu dengan guru lain. Namun suatu silabus minimal memuat enam komponen utama, yaitu : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.
Adapun prinsip pengembangan silabus dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Ilmiah
Pengembangan silabus harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, yang berarti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
(2) Relevan
Relevan berarti bahwa pengembangan silabus harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan.
(3) Fleksibel
Prinsip fleksibel mengandung makna bahwa pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Dengan demikian guru tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus tertulis, tetapi dapat mengakomodasikan berbagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Demikian juga dengan peserta didik, peserta didik diberi berbagai pengalaman belajar yang dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.
(4) Kontinuitas
Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.
(5) Konsisten Konsisten mengandung arti bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik.
(6) Memadai
Memadai mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
(7) Aktual dan kontekstual
Aktual dan kontekstual mengandung arti bahwa ruang lingkup komponen-komponen silabus memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni.
(8) Efektif
Silabus yang efektif adalah silabus yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan.
(9) Efisien
Efisien dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.
Adapun prosedur pengembangan silabus berbasis KTSP meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Mengisi kolom identitas
(2) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
(3) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
(4) Mengidentifikasi materi standar
(5) Mengembangkan pengalaman belajar
(6) Merumuskan indikator keberhasilan
(7) Menentukan penilaian (standar penilaian)
(8) Menentukan alokasi waktu
(9) Menentukan sumber belajar
c) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis KTSP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dalam KTSP, dimana pengembangannya dilakukan oleh guru. Guru bertugas menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman pembelajaran.
Seperti yang dikutip dari Mulyasa (2006: 221), ”…Sumantri (1988: 108) bahwa: perencaan yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapainya, dengan demikian guru dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatiannya pada pembelajaran yang telah diprogramkan.”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu sebagai perencanaan atas apa yang akan dilakukan di kelas serta baik guru ataupun peserta didik dapat mengetahui tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.
Adapun langkah-langkah pengembangan RPP secara garis besar dijabarkan sebagai berikut :
(1) Mengisi kolom identitas
(2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
(3) Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator hasil belajar seperti yang termuat dalam silabus.
(4) Merumuskan tujuan pembelajaran
(5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok pada silabus
(6) Menentukan metode pembelajaran
(7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran
(8) Menentukan sumber belajar yang digunakan
(9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.
d) Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP
Pembelajaran berbasis KTSP adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian pembelajaran Matematika berbasis KTSP merupakan pembelajaran berbasis KTSP yang diterapkan pada Mata Pelajaran Matematika.
Mulyasa (2006: 246-247) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut :
(1) Karakteristik KTSP
(2) Strategi pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan dan tanya jawab, serta kegiatan lain yang dapat membantu pencapaian kompetensi
(3) Karakteristik pengguna kurikulum, meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk merealisasikan dalam pembelajaran.
Dengan demikian, ditegaskan sekali lagi bahwa guru adalah faktor penentu keberhasilan KTSP karena sebaik apapun kurikulum dibuat apabila guru tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik maka kurikulum tersebut tidak akan memberikan hasil yang baik.
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup tiga hal yaitu pre tes, pembentukan kompetensi, dan post tes. Adapun penilaian hasil belajar dalam KTSP meliputi penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, oleh satuan pendidikan, dan oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk:
(1) menilai pencapaian kompetensi peserta didik
(2) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar
(3) memperbaiki proses pembelajaran
Penilaian hasil belajar untuk Mata Pelajaran Matematika termasuk dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
Pembelajaran matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam Bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2003: 1).
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajaran dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Penerapan cara kerja matematika yang seperti ini diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif pada siswa.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa serta menggunakan kemampuan profesional guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 17), pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Dalam proses pembelajaran, situasi dan suasana yang kondusif harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan senang. Ini merupakan tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran. Guru harus mampu mengontrol keadaan kelas sehingga tercipta suasana yang kondusif bagi pembelajaran.
c. Pembelajaran Matematika
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika merupakan usaha yang disengaja yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa serta menggunakan kemampuan profesional guru untuk mencapai tujuan kurikulum Matematika. Mengingat dalam KTSP pembelajaran Matematika harus melibatkan peserta didik dalam segala aktifitas pembelajaran serta harus dapat mengatasi keheterogenan potensi siswa maka guru dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi, antara lain: metode Student Teams Achievement Decision (STAD), jigsaw, diskusi kelompok, presentasi kelompok, penemuan terbimbing, Think Pair Share (TPS), dan lain sebagainya. Metode-metode tersebut dapat secara variatif diterapkan dalam mengajar di kelas dimana penggunaannya disesuaikan dengan materi ajar serta kondisi siswa.
d. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Depdiknas (2006: 388) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, of sien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
1) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
3) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
e. Perkembangan Pembelajaran Matematika
Berikut ini akan di paparkan tentang perkembangan matematika, yang terbagi menjadi tiga tahap (Subando, 2006: 1-3), yaitu:
1) Pembelajaran Matematika Tradisional
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya seperti itu, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang, maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan di manapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh: 12:3 jawabanya adalah 4, dengan tanpa memberi tanda kurung, soal di atas ekuivalen dengan 9+3:3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.
Sementara itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan
geometri ruang, geometri lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.
2) Pembelajaran Matematika Modern
Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika. W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menegaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hat tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhimya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut dengan diterapkannya kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai karakteristik sebagai berikut:
a) Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan non desimal.
b) Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
c) Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinu;
d) Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
e) Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen;
f) Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
g) Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
h) Metode pembelajaran menggunakan metode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
i) Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
3) Pembelajaran matematika masa kini
Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman Barat, ,Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah me-launching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984.
Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan di pihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan-bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
f. Tantangan dan Harapan dalam Pembelajaran Matematika
Pada akhir abad 21, organisasi pendidikan se dunia, yaitu UNESCO telah menetapkan empat pilar utama pendidikan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together in peace and harmony. Keempat pilar tersebut bukan merupakan suatu urutan, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga dalam pembelajaran di tiap jenjang pendidikan guru dapat menciptakan suasana belajar yang memuat keempat pilar tersebut secara bersama-sama dan seimbang. Dengan merujuk pada Tujuan Pendidikan Nasional, ketetapan wajib belajar 9 tahun, hakekat matematika, dan keempat pilar di atas, maka harapan terhadap siswa pada pendidikan dasar dan menengah dalam matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Melalui proses learning to know, secara umum siswa diharapkan memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa) yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya dan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam matematika ditanamkan kemampuan memberikan alasan dan menjelaskan serta memberikan prediksi terhadap suatu permasalahan. Sesuai dengan tahap perkembangan berpikirnya, para siswa belajar matematika mulai dari tingkat SD, SLTP, hingga SMU mempelajari matematika beranjak dari hal-hal konkrit hingga ke hal-hal abstrak/formal.
(2) Proses learning to do diharapkan memberi kesempatan kepada siswa memiliki keterampilan dan mendorong siswa mau melaksanakan proses matematika dalam bentuk doing math yang memadai dan memacu peningkatan perkembangan intelektualnya. Beberap alasan mengapa belajar matematika melakukan proses learning to do. Pertama, pembelajaran matematika berorientasi pada pendekatan konstruktivisme, di mana siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kedua, pada dasarnya matematika merupakan proses yang aktif baik secara fisik maupun mental, proses dinamik, dan proses generatif. Dalam kaitan dengan learning to do siswa pada pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (SMU) didorong melaksanakan proses matematika (doing math) mulai dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Dalam matematika, diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan matematika yang meliputi keterampilan perhitungan rutin dan non rutin serta berpikir tingkat tinggi yang melibatkan aspek pemecahan masalah dan penalaran matematika. Dalam usaha melaksanakan learning to do, persoalan dan permasalahan matematika di sekolah disajikan dengan bahasa dan konteks yang sesuai dengan berpikir dan lingkungannya.
(3) Dalam melaksanakan proses matematika (doing math) secara bersamaan, siswa diharapkan pula menghayati pilar ketiga, yaitu learning to be. Selanjutnya, dengan learning to be siswa diharapkan memahami, menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan melalui sikap yang ulet, bekerja keras, sabar, disiplin dan percaya diri.
(4) Pelaksanaan belajar matematika yang berorientasi pada learning to do dan learning to be, baik dalam bentuk belajar kelompok, atau klasikal merupakan latihan belajar dalam suasana learning to live together in peace and harmony. Penciptaaan suasana belajar yang demikian menurut pilar keempat ini memberi kesempatatan kepada siswa untuk dapat belajar dan bekerja sama, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan atau bersedia sharing ideas dengan orang lain dalam melaksanakan tugas-tugas matematika, khususnya tugas-tugas lain yang lebih luas. Dengan kata lain, suasana belajar matematika yang berorientasi pada pilar learning to live together in peace and harmony diharapkan bahwa siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika.

Senin, 27 September 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA (Dari Sejak Indonesia Merdeka sampai tahun 2006)

  •  Pendahuluan
  • Sering kita mendengar pernyataan atau istilah yang muncul dari berbagai kalangan masyarakat,: terkait dengan adanya beberapa kali diterapkannya Kurikulum Baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Pernyataan atau istilah tersebut berbunyi: "Setiap ganti menteri pendidikan, pasti ganti kurikulum".
  • Padahal perubahan atau pergantian kurikulum dalam dunia pendidikan dalam kurun waktu tertentu di negara manapun juga dilakukan. Tentu saja perubahan kurikulum itu terjadi bukan karena adanya pergantian menteri pendidikan atau karena terjadinya perubahan pemerintahan yang berkuasa. Namun banyak faktor yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan atau pembaharuan kurikulum pendidikan.
Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan kurikulum pendidikan tersebut antara lain:
  1. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berkembang begitu pesat.
  2. Adanya perubahan peraturan dan perundangan undangan yang berlaku dalam suatu pemerintahan.
  3. Adanya perubahan politik, sosial, budaya dan keamanan di suatu negara dan dunia.
  •  Melalui tulisan ini saya mencoba merangkum dari berbagai tulisan tentang "Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia", dengan harapan dapat diambil manfaatnya bagi Penulis sendiri, maupun bagi pihak lain yang memerlukannya. 
  • Uraian Singkat Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia 
  • (Sejak Indonesia Merdeka Sampai Tahun 2006) 


  • Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
  • Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

  • Berbagai Kurikulum Yang Mewarnai Dunia Pendidikan Di Indonesia Antara Lain:
  • Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam bahasa Belanda ) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.

  • Rencana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut dengan Rencana Pelajaran Terurai 1952.

  • . Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9.
  • Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
  • Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
  • Kurikulum 1994 Dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.

  • Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Meskipun sudah ada beberapa sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelumnya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.
  • Kurikulum 2006 (KTSP) 
Awal 2006 uji coba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perjalanan KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK dan KD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

PITUTUR BASA JAWA

  • "Wong kang kêbak déníngê pepinginan iku adaté banjúr ngångså-ångså, mulå lakuné ugå banjúrmiyar-miyur. Kêpêngkók gawé sêthithík baé síng digêdhèkaképangrêsulané, tundhóné atiné gampang pêpês lan nglokro. Bédå karo wóng kang wicaksana uripé mêsthi måwå tékad lan tujuwan. Bêbasan tiba kapíng pitu gumrêgah tangi kapíng wólu ngrungkêbi tékad lan tujuwané.
  • Orang yang penuh dengan keinginan itu biasanya lantas memaksakan diri, sehingga perjalananan hidupnya maju mundur. Terkena kegagalan pekerjaan sedikit saja yang dikedepankan perasaan ketidakmampuannya, akhirnya hati/kemauannya mudah pupus dan putus asa. Berbeda dengan orang yang bijaksana, hidupnya pasti serba memiliki kemauan keras (tekad) dan tujuan. Ibarat jatuh dalam sehari tujuh kali, bangun delapan kali untuk mewujudkan tekad (kemauan) dan tujuannya.
  • Yèn ing donyå iki manungsané:(1) Síng sugíh uripé ora mbêthithil, kêpårå malah dhêmên têtulúng marang kang kêcingkrangan, déné (2) Sing duwé kêpintéran adóh såkå karêp kanggo mintêri liyan, kêpårå malah dadi papan jujugané wóng têtakón, gênah kahanané donyå bakal ayêm têntrêm, adóh såkå rêridhu lan ...kalís såkå godha rêncånå.
  • Jika di dunia ini manusianya: (1) Yang kaya tidak pelit, justru suka menolong/membantu orang yang kekurangan, sedangkan (2) Yang memiliki kepintaran jauh dari keinginnan intuk membodohi orang lain..., justru menjadi tempat tujuan orang bertanya, jelas dunia ini akan tenang, tentram, jauh dari rintangan dan terlepas dari berbagai godaan dan bencana. 
  • Wóng kang ringkíh iman lan batiné bakal gampang dadi jujugané dúrjånå apús-apús kang patíng sliwêr golèk mangsan. Pirang-pirang akèhé wóng kasêlak pêrcåyå rêmbúg pangimíng-imíng ora pinikír bakal kêdadéyané ing têmbé. Wusanané nandhang kapitunan lan kênå ing apús.Mula kudu tansah waspådå, åjå lirwå ing kaprayitnan.
  • Orang yang lemah iman dan batinnya, akan mudah menjadi langganan kejahatan penipuan yang berseliweran mencari mangsa. Banyak orang yang mudah percaya pembicaraan yang menggiurkan, tidak terpikir akan kejadian ...selanjutnya (pada akhirnya). Sehingga tertimpa kerugian dan terkena penipuan. Maka harus selalu waspada, jangan lengah dalam kehati-hatian/kewaspadaan. 
  • "Yèn gêlêm nalusuri sêjatiné ora sêthithík piwulang lan pitutúr bêcík kang malah kitå tampå såkå wong-wong kang gawané nacad lan ora dhêmên marang kitå, katimbang mitrå katrúh rakêt kang tansah ngalêmbånå. Awít panacad bisa nggugah kita nglêmpêngaké laku, déné pangalêmbånå kêpårå biså nyêbabaké wong kêr...êp dadi lali".
  • "Jika mau menelusuri, sebenarnya tdk sedikit pelajaran dan petunjuk baik yang justru kita terima dari orang2 yang suka mencela (menjelekkan) dan tidak suka dengan kita, dari pada dari teman dekat/ akrab yang selalu memuji. Karena celaan itu bisa membangunkan kita untuk m...eluruskan perilaku, sedangkan pujian justru bisa menyebabkan orang sering lupa daratan"  
  • Isíhbêjå yèn kowé diunèkaké "Ora Lumrah Uwóng", jalaran isíh dianggêp manungså.Yå múng solah tingkahmu kang kudu kók owahi amríh ora gawé sêrikíng liyan. Cilakané yèn diunèkaké "Ora Lumrah Manungså", Jalaran kowé dianggêp sétan gêntayangan síng múng dadi lêlêthêging jagad margå pakartimu kang ninggal sifat kamanungsan. Mula énggal-énggala sumujudå marang Gusti Kang Múrbèng Dumadi. Sifaté Gústi Allah mono sarwå wêlas asíh marang umaté kang wís sadhar marang doså-dosané sartå têmên-têmên bali tuhu marang dhawúh-dhawuhé.
  • "Masih beruntung jika kamu dibilang: "Tidak Pantas Jadi Orang", karena masih dianggap sebagai manusia. Hanya budi pekertimu yang harus kamu rubah agar tidak membuat orang tidak suka terhadapmu. Celakanya jika kamu dibilang: "Tidak Pantas Jadi Manusia", karena kamu dianggap syetan yang berkeliaran, yang hanya menjadi kotorannya dunia, karena budi pekertimu yang meninggalkan sifat kemanusiaan. Maka segeralah kamu bersujud kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Sifatnya Tuhan Yang Maha Pencipta itu serba Maha Pengasih dan Penyayang terhadap umatnya yang telah menyadari akan dosa-dosanya, serta betul-betul kembali taat menjalankan perintah-perintah-Nya. 
  • "Ora cukup bisa diarani Riyayan (Bakdan) kanggone wong kang sandhang panganggone sarwo anyar. Ananging keno diarani Riyayan (Bakdan) iku kanggone wong kang ketaqwaane podho tambah". Iki jumbuh karo tujuan poso yoiku: la'allakum tattaquun = supoyo kowe kabeh dadi wong kang taqwa" (QS. Al-Baqarah:187). Mug...o-mugo kita kabeh klebu wong kang Riyayan (Bakdan) temenan, amien.
  • "Tidak cukup bisa dikatakan orang berhari raya 'iedul fithri bagi orang yang berpakaian serba baru. Tetapi orang baru bisa dikatakan berhari raya 'iedul fithri bagi orang yang ketaqwaannya bertambah. Ini sesuai dengan tujuan puasa yaitu: lla'allakum tattaquun = agar kamu sekalian bertaqwa (QS. Al-Baqarah:187). Semoga kita semua termasuk orang yang berhari raya 'iedul fithri benar-benar, amien. 
  • Ono ukoro loro, yen ditulis bedane mung katondiwolak – walik, nanging surasane jebul bedo adoh koyo bumi lan langit. Yoiku: (1) "Rumångså sarwå duwé" lan...(2) "Sarwå duwé rumångså".Wondene surasane siji lan sijine ukoro kasebut yoiku Wondene surasane siji lan sijine ukoro kasebutyoiku: (1) Rumångså sarwå duwé : nudúhaké watak ngêdír-êdíraké, wêngís satindak lakuné, yèn nggayúh pêpénginan ora maèlu laku dudu, samubarang pakarti nisthå ditrajang wani. (2) Sarwå duwé rumångså : pakartiné tansah kêbak wêlas asíh, wicaksånå ing sabên laku, rumångså doså samångså gawé kapitunané liyan.
  • Ada dua kalimat, yang bila ditulis perbedaannya hanya tampak dibolak – balik saja, tetapi maksudnya ternyata berbeda jauh seperti bumi dan langit. Yaitu: (1) “Merasa serba punya” dan (2) “Se...rba punya rasa”. Adapun maksud dari satu per satu kalimat tersebut adalah: (1) Merasa serba punya: menunjukkan watak selalu mengandalkan, galak tingkah lakunya, jika ingin mencapai suatu keinginan tidak harus ia sendiri yg harus melakukannya, sembarang perbuatan salah berani diterjangnya. (2) Serba punya rasa: budi pekertinya selalu penuh belas kasihan, bijaksana dalam sembarang perbuatan/ tingkah laku, merasa berdosa jika harus melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. 
  • "Kamulyan lan kanikmataning uríp wóng-wóng kang sugíh ikudituku måwå kringet lan tangise rakyat kang mlarat. Mulane yen sliramu kaparingansugih, ojo lali marang wong-wong kang malarat, supaya dheweke oranduweni rasa serik, kosok baline malah tansah gelem mbiyantu lan tansah...ndedonga becik kanggo sliramu"
  • "Kemuliaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh orang-orang kaya itu, dibeli dengan keringat dan tangisnya rakyat yang melarat (miskin). Oleh karenanya, jika kamu diberikan menjadi orang kaya, jangan lupa dengan orang-orang yang miskin, agar mereka tidak memiliki rasa iri, sebaliknya mereka justru selelu mau membantu dan selalu mendoakan kebaikan untukmu"
  • "Ngèlmu iku kêlakóné kanthi laku, sênajan akèh ngèlmuné lamún ora ditangkaraké lan ora digunakaké, ngèlmu iku tanpå gunå". 
  • "Ilmu itu bisa diraih dgn jln mencari (nya), meskipun banyak (ilmu), tetapi jika tdk disebarkan n tidak diamalkan (digunakan) tdk berguna" 
  • “Nadyan wêsi iku kanyatané atós, éwasêmono yèn wís kêtrajang ing taiyèng yå bakal êntèk gripís. Sêmono ugåtumrapíng wóng kang kataman råså mèri. Atiné mbåkå sêthithík ugå bakal gripís,awít tansah rumangsa yèn awaké tansah apês, saénggå kélangan grêgêt lan lumúhmakaryå. Wusanané pêpês atiné kêntèkan pêngarêp-arêp”
  • ”Meskipun besi itu kenyataannya keras, namun demikian jika sudah terkena karat akan terkikis habis. Begitu juga yang terjadi pada manusia yang memiliki rasa iri/dengki. Hatinya sedikit demi sedikit juga akan terkikis habis, karena selalu merasa bahwa dirinya selalu sial, sehingga kehilangan kemauan dan malas bekerja/berusaha. Akhirnya berkecil hati kehabisan pengharapan” 
  • “Yèn kowe kêpingín nglungguhi pangkat kang dhuwúr luwíhprayogå yèn dikawiti såkå kalungguhan kang êndhèk dhéwé. Awít klawan mêngkonoing têmbé kowé ora bakal gampang disêpèlèkaké déníng andhahanmu. Lan kang utåmåyaiku kowé nuli biså madêg dadi pêmimpín kang biså nglungguhi ing kawicaksanan,adóh såkå w......atak dêgsurå. Anané múng sarwå kêbak råså têpå salirå ing antaranepimpinan lan andhahan” ”Jika kamu inging mencapai kedudukan/ pangkat/ jabatan yang tinggi, lebih utama jika dimulai dari kedudukan/ pangkat/ jabatan yg paling rendah. Karena yang seperti itu nantinya tdk akan mudah disepelekan oleh bawahanmu. Dan yang utama adalah kamu segera bisa nebjadi pemimpin yang bisa mendudukkan kebijaksanaan, jauh dari watak sewenang – wenang. Yang ada hanya serba penuh dengan rasa tenggang rasa di antara pimpinan (atasan) dan bawahan”  
  • “Såkå kayungyúníng manungså marang båndhå, sêmat landrajad anggóné migunakaké nganti kêrêp nglírwakaké kautaman lan nglalèkakéjêjêríng kamangnungsan. Uripé prasasat kaêsók kabèh ånå ing kono. Dheweke orangélingi kêpriyé wusananíng dumadi. Ing jagad pancèn ora ånå wêwalêr wóngnglumpúkaké båndhå råjåbr...ånå, råjåbrånå, anggayuh semat lan drajat, janji kabeh mau kagayuh kanthi manút dalan kang bênêr, ora gawe cintakaning liyan lan dipigunakaké miiturut paugeran kang bener uga, jumbuh marang pranataning negara lan agama”.
  • "Karena ketertarikan manusia terhadap harta benda, pangkat dan derajat (kedudukan), cara menggunakannya sampai sering tidak melupakan keutamaan (kebajikan) dan melupakan peri kemanusiaan. Hidupnya seakan-akan semua dicurahkan di situ (untuk meraih harta benda, pangkat dan derajat/ kedudukan semata). Dia tdk ingat asal mula kejadiannya. Di dunia ini memang tidak ada larangan seseorang untuk mengumpulkan harta benda, meraih pangkat dan jabatan. Asalkan semua itu diraih menurut jalan yang benar, tdk merugikan orang lain dan digunakan menurut peraturan yang benar pula, selaras dengan peraturan negara dan agama” 
  • “Yèn pinujuwayah bêngi langité têrang banjúr tumêngåå ing tawang, kita bakal nyipatisapérangané gêlaríng alam, abyóríng langít kang sumilak sinêbaran...lintang-lintang patíng krêlip, gêdhé cilík kåyå wís sêngadi tinåtå panggónané,angin sumilír ngobahaké kêkayónan lan gêgódhóngan kang ngandhút arumíng gandanékêkêmbangan.Síng kåyå mangkono sayêkti bisa nuwúhaké råså pangråså têntrêm ing ati kitå. Nangíng luwíh såkå iku, kahanan síng kåyå mangkono mau uga bisa ngosikaké manah kita tumrap kaluhuraníng Gusti Kang Måhå Agúng kang wus mranåtå sakabèhíng mau” 
  • “Ketika bertepatan dgn waktu malam langit terang benderang, lantas menengadahlah ke langit, kita akan menyaksikan sebagaian keadaan alam semesta, luasnya langit yang tergelar, bertebaran bintang-bintang gemerlapan, besar dan kecil seperti sudah sengaja diatur tempatnya, semilir angin bertiup, menggerakkan pepohonan dan dedaunan yang membawa semerbak harum bunga-bunga. Yang seperti itu tentu dapat menumbuhkan perasaan tenteram di hati kita. Tetapi lebih dari itu, keadaan seperti itu, juga dapat menggugah hati kita terhadap keagungan Tuhan Yang Maha Agung, yang telah mengatur kesemuanya itu”  
  • ”Sabên dinå kitå ajêg rêrêsík badan lan pênganggo, kajåbå amríh bagaskuwarasan ugå katón apík lan ngrêsêpaké. Kang koyo mangkono mau mujudakepakulinan kang apík..Anangíng luwíh prayoga manèh yèn jroníng ati banjúr katuwuhan osík “Apå sabên dinå kita ugå rêrêsík lan ngupakara batín lan jiwå kita, amríh sangsåyå apík lan sangsåyå rêsík såkå sakèhíng rêrêgêd såkå anané cacad-cacad lan panggodhå?”. Sêbab yèn badan wadhag kang kênå ing rusak iku kita gêmaténi, ananging ...généyå jiwå kitå kang asipat langgêng malah kita lírwakaké pangupakarané?” 
  • “Setiap hari kita selalu membersihkan badan dan pakaian, kecuali agar supaya badan kita sehat wal afiat juga agar nampak bagus dan menarik. Yang seperti itu merupakan kebiasaan yang baik. Akan tetapi akan lebih baik lagi jika did lm hati lantas tumbuh pertanyaan: “Apakah setiap hari kita juga selalu membersihkan dan memelihara batin dan jiwa kita, agar semakin baik dan semakin bersih dari banyaknya kotoran dari adanya cacat-cacat dan godaan?”. Sebab kalau badan yang sifatnya bisa rusak itu kita sayangi (kita pelihara), tetapi kenapa jiwa kita yang bersifat kekal justru kita lupakan pemeliharaannya?” 
  • ”Ngombé lan mêmangan yèn tanpå takêr lan tanpå pilíh-pilíh iku pancèn biså nêkakaké bilahi. Mula nyandhêt ubalíng kêpinginan ngombé lan mêmangan kang kåyå mêngkono mau wís atêgês sawijiníng pamarsudi nyêgah karusakaníng jiwå lan raga. Wóndéné sranané kang prayogå yaiku påså síng mêngku ancas pupúr sadurun bênjút nyingkiri sadurungé bilahi"
  • Minum dan makan yang tanpa memilah dan memilih itu dapat mendatangkan bahaya. Maka menahan banyaknya keinginan minum dan makan yang seperti itu sudah berarti merupakan salah satu upaya untuk mencegah kerusakan jiwa dan raga. Adapun sarananya yang paling adalah PUASA, yang memiliki tujuan untuk berjaga - jaga sebelum terkena, menghindari diri sebelum terkena bahaya” 
  • "Yèn sirå sacårå badaniyah lan rohaniyah têtêp kêpingín bagas kuwarasan, tansah élingå róng prakårå iki:(1)Tansah jaganên sakèhíng samubarang kang nêdyå sirå lêbókaké ing tutúk, dithinthíng luwíh dhisík åpå bakal gawé rusakíng rågå åpå ora, (2) Kulinaknå mikír luwih dhisík samubarang kang arêp sirå wêtókaké såkå tutúk, liré ojo nganti malah bisa gawé kucêmíng awakmu utawa nglarani atiníng liyan"
  • "Bila kamu secara jasmani n rohani ingin sejat wal afiat,selalu ingatlah dengan dua perkara ini: (1) Jagalah selalu sembarang (apa saja) yang akan kamu masukkan ke dalam mulut (kamu m...akan/minum), dipertimbangkan dulu apakah akan membuat rusak jasmani apa tidak, (2) Biasakan kamu pikirkan terlebih dahulu sembarang (apa saja) yang akan kamu keluarkan dari mulut (kamu ucapkan), sebab jangan sampai justru bisa membuat malu dirimu atau menyakiti perasaan orang lain" 
  • "Mujudake sawijining pangorbanan kang agung,menowo sliramu lilo kuciwo nganti tumekaning atimu loro, hamung amargo sliramu kepengin nyenengake wong liyo. Senajanto mengkone uwong mau ora gelem mangerteni, sepiro agunging pangurbananmu lan koyo ngopo kuciwolan sepiro laraning atimu. Ora bakal sliramu biso ngecakake tumindak kang koyo ngono mau, menowo sliramu ora ndarbeni ati segoro"
  • "Adalah merupakan suatu pengorbanan yang besar, apabila kamu ikhlash kecewa sampai akhirnya hatimu sakit, hanya karena kamu ingin menyenangkan orang lain. Meskipun nantinya orang lain tersebut tdak mau tahu seberapa besar pengorbananmu dan seperti apa kecewa dan sakit hatimu. Tidak akan kamu bisa melaksanakan perbuatan yang seperti itu, jika kamu tidak memiliki hati yang luas bak samudera (sabar)"  
  • Menowo sliramu nduweni pitakonan sawijining perkoro marang liyan, nanging sliramu wus mangerteni menowo pitakonan mau bakal den jawab kanthi goroh marang dheweke, luwih becik tok simpen lan ora usah tok takokake. Amargo amung bakal agawe loro atimu lan nambahi dosa marang dheweke emono ugo menowo sliramu nyimpen wewadining liyan, kang upomo wewadi mau tok bukak bakal agawe wirange dheweke, luwih becik tok simpen lan ora usah tok bukak wewadi mau. Senajanto kang koyo ngono mau biso agawe laraning atimu"
  • "Jika kamu mempunyai pertanyaan tentang suatu masalah kepada orang lain, akan tetapi kamu sudah tahu bahwa pertanyaan tersebut akan dijwb dengan kebohongan (tdk sesuai kenyataan) oleh...nya, lebih baik simpan saja pertanyaan tersebut dan tidak usah kau tanyakan. Sebab hanya akan membuat sakit hatimu dan menambah dosa bagi dia. Demikian juga jika kau menyimpan ragasia orang lain, yang jika seandainya rahasia itu kau buka akan membuat malu dia, lebih baik kau simpan saja rahasia itu dan tidak usah kau buka rahasia itu. Meskipun yang demikian itu bisa membuat sakit hatimu" 
  • 'Ngakóni kaluputan iku ora atêgês ngasóraké dhiri.Nangíng sawijiníng tåndhå yêkti yèn wóng mau wís biså kinaranan maju satindak ing laku kautaman.Kósókbaliné såpå kang suthík ngrumangsani kaluputané, atêgês wóng kang ora nduwèni budi pêkêrti.Wóng kang ora nduwèni donyå brånå iku sinêbut mlarat.Wóng kang ora nduwèni piki...ran iku luwíh mlarat.Déné wóng síng ora kadunungan budi pêkêrti mono klêbu sakmlarat-mlaraté wóng"
  • "Mengakui kesalahandiri sendiri itu bukan berarti menurunkan martabat diri sendiri. tetapi merupakan salah satu tanda bahwa orang tersebut sudah bisa dikatakan telah maju selangkah d...i dlm hal peri laku kebajikan. Sebaliknya barang siapa yang tdk mau mengakui kesalahannya, berarti orang tersebut tidak memiliki budi pekerti (yg baik). Orang yg tdk memiliki harta benda itu disebut miskin (melarat). Orang yg tdk memiliki piliran (akal budi) itu lebih miskin (melarat). Sedangkan orang yg tdk memiliki budi pekerti (yg baik) itu termasuk semiskin - miskinnya orang" 
  • "Menowo sliramu tansah gawe becik lan gawe senenging liyan, ojo darbe pamrih bakal kawales kang murwat karo opo kang tok tindakake kanggo dheweke. Sebab kadhang kolo opo kang tok tompo soko dheweke malah suwalike. Mulo ono ing samubarang tindak lan lakumu tansah ikhlasno niatmu krono Gusti Kang Hakarto Jagad lan ora usah mikirake piwales opo kang bakal tok tompo soko sakpadhaning titah"
  • "Ketika kamu selalu berbuat baik dan membuat senang seseorang, jangan mempunyai harapan akan dibalas sesuai dengan apa yang kau perbuat untuk dirinya. Karena kadang kala apa yang kau terima dari dia justru sebaliknya. Maka dlm sembarang tindakan dan perbuatan iklashkan niatmu karena Tuhan Yang Menciptakan dunia seisinya, tidak usah tok pikirke balasan apa yang akan kamu terima dari sesama manusia" 
  • "Nanggapi kahanan urip ing satêngahíng bêbrayan iku gampang angèl. Aran angèl kêpårå malah bisa gawé kêtliwênging pikír samångså anggón kita mawas kêdhisikan kagubêl ing håwå. Aran gampang yèn kita biså mikír klawan wêníng lan mênêb.Iyå pamikír kang mênêb iku kang aran akal budi sêjati. Kang bisa mba...baraké wóhíng wawasan kang mulús rêsík, ora kacampúran blêntóngé "si aku" "Apamanèh yèn tå kitå biså têtêp nguwasani wêningíng pikír, nadyan kahanané uríp ing satêngahing bêbrayan kisruhå dikåyångåpå, istingarah ora angèl anggón kita nanggapi".
  • "Menanggapi (menyelesaikan) suasana hidud di tengah keluarga itu mudah - susah/sulit. Dibilang susah sebab justru bisa membuat kesalahan berpikir ketika kita melihat keduluan diliputi oleh hawa napsu. Di...bilang mudah ketika kita bisa berpikir dengan jernih dan mendalam. Pemikiran yang mendalam itu yang disebut akal budi sejati. Yang bisa menjelaskan sebuah wawasan (pandangan) yang mulus bersih, tidak tercemar (tercampuri) oleh kotoran "Si-aku". Apalagi kalau seandainya kita besa tetap menguasai kebersihan berpikir, meskipun keadaannya hidup di tengah keluarga berantakan bagaimanapun, pastilaj tidak kesulitan bagi kita untuk menyelesaikannya". 
  • "Ulat sumèh, tindak-tandúk sarèh kinanthènan têmbúng arís iku biså ngruntúhaké ati sartå ngêdóhaké panggódhaning sétan. Kósókbaliné watak wicårå kang kêras, kêjåbå kêduga gawé tanginíng kanêpsón, ugå gampang nuwúhaké salah panåmpå. Sabarang prakårå kang sêjatiné bisa putús sarånå arís lan sarèh, kêpêksa dadi adu wulêding kulít lan atósíng balúng, kari si sétan ngguyu ngakak bungah-bungah"
  • "Muka ceria (mudah senyum), perbuatan sabar disertai tutur kata yang baik (halus), itu bisa meruntuhkan hati serta menjauhkan diri dari godaan syetan. Sebaliknya watak bicara yang keras/kasar, kecuali bi...sa jadi menyebabkan timbulnya amarah, juga mudah menimbulkan salah paham. Sembarang (semua) perkara yang semestinya bisa diputus (diselesaikan) dengan baik dan sabar, terpaksa harus terjadi adu licinnya kulit dan kerasnya tulang (adu kekuatan/perkelaian/peperangan), tinggallah syetan tertawa terbahak-bahak senang sekali"
  • "Uríp tanpå gêgayuhan luhúr, bêbasané kåyå lêlawuhan tanpå uyah, sêpå tan miråså. Gêgayuhan bisané kasêmbadan kudu sinartan ngèlmu, jalaran ngèlmu mono pancèn sanguné ngauríp, wóndéné ngèlmu iku tinêmu ing laku lan tandang"
  • "Hidup tanpa cita - cita luhur (tinggi), ibarat seperti laup pauk tanpa garam, hambar tanpa ada rasanya. Cita - cita, agar bisa tercapai harus disertai dengan ilmu, sebab ilmu itu memang menjadi bekal hidup. Adapun ilmu itu diperoleh melalui sarana (mencari, belajar, berlatih dan biaya) dan perbuatan" 
  • Lali lan luput iku pancen wis dadi agemaning manungso. Ewo dene, kang koyo mengkono mau ojo banjur tok gunakake kanggo alasan, ing saben - saben tansah lali lan luput. Kosok baline kowe kudu ambudi doyo supoyo tansah eling lan bener. Mulane lik kinilikan sakjeroning bebener lan kabecikan iku dadi kewajibane saben uwong.
  •  Lupa dan salah itu memang sudah menjadi pakain bagi manusia. Meskipun demikian, yang seperti itu jangan lantas kamu gunakan sebagai alasan, dalam sewaktu - waktu selalu lupa dan salah. Sebaliknya kamu harus berusaha agar selalu ingat dan benar. Makanya, saling ingat mengingatkan dalam kebenaran dan kebajikan itu menjadi kewajiban setiap orang. 
  • Wong loro kang lagi regejegan utowo sesatron utowo memungsuhan iku tangeh lamun biso wawuh, menowo loro-lorone podho ngrumangsani bener kabeh. Mulane yen podho kepengin wawuh, kudu salah siji utowo malah loro-lorone supoyo podho ngakoni kaluputane, senajanto satemene dheweke mau ora luput"
  • "Dua orang yang sedang berkelahi atau berselisih atau bermusuhan itu tidak mungkinbisa berdamai, kalau kedua-duanya merasa benar semua. Makanya jika mereka ingin berdamai, harus salah satu atau.bahkan kedua-duanya agar bisa mengakui kesalahannya, meskipun sebenarnya dia itu tidak bersalah" 
  • "Pancen bener menowo lik kinilikan marang bebener/kabecikan lan kesabaran iku dadi kewajibaning saben uwong. Ewo semono sumurupo menowo anggonmu elik-elik marang liyan mau ora tinompo sing sakmesthine. Suwalike kadhang kolo wong kak tok elikake mau malah salah tompo. Ngadhepi kahanan kang koyo ngono m...au sliramu kudu sing sabar, ojo malah nglokro terus ora gelem elik-elik maneh"
  • "Memang benar bahwa saling mengingatkan dalam kebenaran/kebaikan dan kesabaran itu menjadi kewajiban bagi setiap orang. Akan tetapi ketahuilah bahwa apa yang kamu lakukan mengingatkan seseorang itu kadang kala tidak diterima sebagaimana mestinya. Sebaliknya kadang orang yang kamu ingatkan itu malah salah terima. Menghadapi keadaan yang seperti itu, kamu harus sabar, jangan lkemudian putus asa, lantas tidak mau mengingatkan kembali" 
  • "Menowo sliramu mutusake samubarang perkoro, kudu tok thinthing kanthi weninging pikir, ojo malah ngujo hardaning kanepson. Ojo nganti keputusanmu mau malah gawe kapitunane awakmu dhewe lan/ utowo gawe kapitunaning liyan. Ora ono alane menowo sakdurunge perkoro mau tok putusake, kowe nyuwun pituduh k...aro Gusti Kang Akaryo Jagad, supoyo keputusan mau becik kanggomu lan ugo becik kanggoning liyan"
  •  "Apabila kamu memutuskan suatu perkara, harus kamu timbang-timbang dengan pikiran yang jernih, jangan malah menuruti hawa napsu. Jangan sampai keputusanmu itu judtru merugikan dirimu sendiri dan/ atau merugikan orang lain. Tidak ada salahnya kalau sebelum perkara itu kau putuskan, kamu minta petunjuk kepada Tuhan Yang Menguasai Jagad Raya ini" 
  • "Yèn sirå kasinungan ngèlmu kang marakaké akèh wong sênêng, åjå sirå malah rumångså pintêr, jalaran mênawa Gústi Allah mundhút bali ngèlmu kang marakaké sirå kalokå mau, sira banjúr kåyå wong séjé (owah), malah bisa "Aji godhong jati akíng". 
  • Jika kamu diberikan ilmu yang menjadikan banyak orang senang denganmu, jangan kemudian kamu merasa pintar, sebab jika Alloh mengambil kembali ilmu yg menyebabkan kamu terkenal tadi, lantas kamu seperti orang yang beda (berubah akal/sinthing), sehingga bisa jadi ?Lebih berharga dari daun jati kering" 
  • Åjå sók ngêndêl-êndêlaké samubarang kaluwihanmu, åpå manèh mamèraké kasugihan lan kapintêranmu.Yèn anggónmu ngóngasaké dhiri mau múng winatês ing lathi tanpå búkti, dhóngé pakarti kåyå mangkono iku ngêngón awakmu dadi ora aji.Luwíh prayogå turutên pralampitané tanduran pari. Pari kang mêntês mêsthi tumêlúng, kang ndongak mracihnani yèn kóthóng tanpå isi. 
  • "Jangan suka mengagung-agungkan sembarang kelebihanmu, apa lagi memamerkan kekayaan dan kepandaianmu. Jika apa yang kau menjadi kebanggaan dirimu itu hanya terbatas ada di bibir (ucapan) tanpa bukti, sebenarnya perbuatan seperti itu akan menyebabkan dirimu tidak berharga. Lebih baik ikutilah perlambang pada tanaman padi. Padi yang berisi pasti merunduk, sedangkan yang tengadah (berdiri) itu pertanda tak berisi (kosong tanpa isi)"
  • "Samubarang ing pangucap lan tumindakmu luwih becik sakdurunge thinthingen kanthi weninging pikir ojo mung nuruti senenging atimu, jalaran ojo nganti pangucap lan tumindakmu mau tembene bisa anggawe loro ati lan kapitunaning liyan"
  • "Sembarang dalam ucapan dan tindakanmu lebih baik sebelumnya pertimbangkan dengan pikiran jernih jangan hanya menuruti kesenangan hatimu, sebab jangan sampai ucapan dan tindakanmu itu akhirnya dapat membuat sakit hati dan merugikan orang lain" 
  • Wóng iku yèn wís kasókan kabêcikan lan rumangsa kapotangan budi, ing sakèhíng pakartiné lumrahé banjúr ora kêncêng lan rêsík.Mulané tangèh lamún yèn biså njågå jêjêgíng adíl, awít lésané kasumpêtan, mripaté bêrêng, kupingé budhêg. Atiné dadi mati, angèl wêrúh ing bêbênêr. Mulå såkå iku åjå gumampang ...nåmpå kabêcikané liyan, samångså tujuwané ngarah marang pênggawé kang nalisír såkå bêbênêr"
  • "Orang itu jika kepadanya diberikn kebaikan dan merasa berhutang budi (pada seseorang), dalam kebanyakan perbuatannya umumnya lantas tidak lagi lurus dan bersih. Makanya mustahil jika (orang tersebut) bisa menjaga tegaknya keadilan. Sebab mulutnya kesumbat, matanya silau, telinganya tuli. Hatinya jadi mati, sulit melihat kebenaran. Maka dari itu jangan mudah menerima kebaikan dari orang lain, jika tujuannya mengarah pada perbuatan yang melenceng dari kebenaran"